[CERPEN] Langit Indah

Hari yang indah, dikelilingi oleh semburat cahaya yang panas menerpa kulit. Langit bersinar cerah berwarna biru terang dan sangat indah. Dari potret yang telah diambil sedetik yang lalu, Bianca melihat hasilnya itu dengan seksama. Langit cerah berwarna biru dengan sedikit daun-daun beringin, menambah kesan keren untuk dibagikan ke status media sosial chatting. Jari jemarinya mengetik lincah dibarisan huruf dilayar bawah ponselnya yang berbunyi.

Langit yang indah, perfect😊

Bianca tersenyum puas setelah berhasil mengunggahnya. Dia menyimpan elektronik penting yang disebut ponsel itu kedalam saku baju putih seragam sekolahnya. Hiruk pikuk sekolah pada waktu istirahat terlihat dibawah rindangnya pohon beringin besar yang tumbuh disamping gedung sekolahnya itu. Bianca duduk disana, tidak merasa kepanasan namun merasa sejuk terlindungi dengan pohon besar yang katanya angker saat malam hari.

Di mana?

Tulisan balasan dari status yang telah Bianca unggah beberapa menit yang lalu. Diatas layar ponsel tertampil foto remaja laki-laki berseragam SMA bernama Farhan. Segera Bianca membalasnya.

Di samping sekolah
Oke, otw
Ngapain?

Pesan terakhir itu hanya ceklis dua. Bianca menghela nafasnya kemudian menyimpan kembali ponsel kedalam saku bajunya. Dia kembali menatap langit dan menyenderkan bahunya kebatang pohon di belakangnya. Bianca membiarkan rok abu-abu tertempel dengan rumput yang sedikit menguning dan kering karena efek kemarau. Matanya awas saat ini, ketika remaja laki-laki terlihat berjalan semakin mendekat menujunya.

Remaja laki-laki itu hanya menampilkan senyum tipis, tanpa menyapa dan langsung mengambil duduk disamping Bianca.

Suasana menjadi diam dan canggung dengan Bianca yang serba salah dengan posisi duduknya. Sesungguhnya, pikirannya kini jauh menerawang beberapa minggu yang lalu saat beberapa teman sekelas berkata bahwa Farhan suka padanya.

"Nggak mungkin lah, ngarang kamu," Bianca menyanggah saat itu.

"Ngarang gimana sih Bi? Keliatan lagi gelagat Farhan ke kamu."

"Nggak mungkin Nes, kamu tau kalau Farhan tuh banyak yang suka, masa dia suka aku yang biasa aja gini, dia ganteng loh."

"Ya terus? Apa semua orang suka lawan jenis karena fisik? Siapa tau Farhan beda."

"Tapi aneh Nes, Farhan ganteng, banyak yang suka."

"Kamu cuma nggak pede sama diri kamu sendiri. Kamu tuh banyak kelebihannya Bi, kamu menarik bisa jadi diri kamu sendiri."

Kembali Bianca menghela nafas. Dia langsung menoleh ketika merasa ada yang memperhatikan.

Farhan melihatnya dengan pandangan mata yang lembut dan menyejukkan. Pernafasan Bianca terhenti beberapa detik sebelum dia mengalihkan pandangan kearah lain. Jantungnya kini berdegup sangat kencang, seperti sehabis berlarian mengelilingi lapangan. Tidak biasa dia seperti ini. Dulu Bianca bisa bersikap biasa saja kepada Farhan, namun akhir-akhir ini dimana banyak orang berkata padanya bahwa Farhan menyukainya, membuat Bianca sedikit kelimpungan. Dia tidak ingin mempercayainya, namun semakin dia mencari kebenarannya, Bianca merasa bahwa apa yang disampaikan oleh teman-temannya itu benar. Dan semakin Bianca berusaha menyangkal, semakin pula dia terbawa perasaan.

"Kenapa sih?"

Bianca kembali menoleh, mengernyit bingung. "Apanya yang kenapa?"

"Kenapa kamu sering banget duduk disini?"

"Ohh.." jawab Bianca. Dia menegakkan duduknya menatap langit yang masih sama, cerah dan berwarna biru terang. "Nggak papa, senang aja."

"Senang karena?" tanya Farhan kembali, masih menatap wajah samping Bianca.

"Karena... Disini aku bisa liat langit yang bagus, juga bisa ngeliat murid yang sibuk sendiri sendiri di waktu istirahat, disini juga nyaman," Bianca berkata, diakhir kalimatnya dia menoleh menatap lawan bicaranya itu.
"Kamu emang beda Bi."

"Apanya yang beda?" tanya Bianca menahan kegugupan dan detakan jantung yang semakin menggila.

"Kamu selalu buat penasaran dan susah ditebak."

Bianca langsung memalingkan wajahnya begitu kalimat itu selesai terucap. Wajahnya terasa panas hingga menjalar keseluruh tubuh. Detak jantungnya pun semakin dan semakin berdetak kencang, hingga nafasnya tersengal tidak beratur normal.

"Bi, banyak orang yang bilang aku suka kamu, menurut mu gimana?" tanya Farhan santai yang semakin membuat Bianca tidak karuan. Pertanyaan yang selalu dipertanyakan oleh Bianca sendiri, juga pertanyaan yang kini dihindarinya namun telah terucap dan meminta pendapatnya sekarang.

Ingin menghindar tapi tidak bisa. Ingin pergi begitu saja namun Farhan pasti akan berpikir aneh. Menghadapi adalah kunci satu-satunya. Lagi pula Bianca ingin mendapatkan jawaban yang pasti. Dia tidak ingin terus tenggelam dalam pernyataan semu orang-orang yang membuatnya semakin baper.

"Nggak mungkin," sahut Bianca tanpa menoleh.

"Kenapa?"

"Kamu banyak yang suka, kamu ganteng, kamu juga banyak yang mengenal, nggak mungkin kamu suka sama aku yang kayak gini, aku biasa aja nggak cantik, aku nggak pintar, aku nggak modis, aku masih kalah jauh sama cewek-cewek yang suka sama kamu, aneh aja Han, makanya nggak mungkin, pandangan mereka aja yang salah," kata Bianca menumpahkan semua apa yang dirasa selama ini.

Matanya kembali memandang langit yang masih cerah dengan warna birunya yang indah. Bianca menghela nafas, dia memiliki pikiran yang logis yang membawanya pada satu kenyataan yang negatif, yaitu minder.

"Kalau aku beneran suka sama kamu?"

Bianca kembali menoleh, bukan gugup ataupun malu-malu. Namun terlihat kesal dengan ucapan Farhan yang santai dan terdengar di telinganya sebagai bentuk main-main.

"Kenapa sih! Aku tau kamu nggak akan suka sama aku, lagipula yang buat kamu suka sama aku tuh apa?" ucap Bianca kesal. Dia sudah lama memendan rasa kesal ketika orang-orang terdekatnya mengatakan bahwa Farhan suka padanya. Dia lelah menahan perasaan tidak ingin mempercayai akibat cekalan pikiran logis yang membuatnya minder dan tidak percaya diri.

"Kamu menarik, kamu buat penasaran, kamu misterius dengan sikap mu yang sulit ditebak."

Bianca hanya diam tidak menimpali, menatap jauh pada lapangan di depannya.

"Kamu menarik Bi, aku bukan sekedar suka, tapi aku tertarik sama kamu, aku pingin ngenal kamu lebih jauh tapi kamu selalu menghindar."

"Aku nggak cantik," ucap Bianca pelan. "Aku nggak pede deket sama kamu," kata Bianca jujur.

"Emang harus banget cantik buat orang lain jadi tertarik?" tanya Farhan. "Kamu harus tau Bi, semua cowok memang liat fisik lebih dulu, tapi kita nggak buta sama cewek yang menarik dimata kita, entah orang lain nilai fisiknya cantik atau enggak, tapi ketika kita udah tertarik, dimata kita cewek itu tetap cantik sesuai dirinya, lagian cantik itu relatif, semua orang punya pandangan cantik atau gantengnya masing-masing."

Bianca diam dengan seribu pikiran tercampur aduk. Dia mencerna ucapan Farhan setiap katanya. Matanya memandang langit yang biru cerah. Kini satu pikiran yang mengganjal sudah terjawab. Di bawah rindangnya pohon beringin, Bianca mulai mempercayai yang selama ini sulit dia percayai, bahwa benar Farhan menyukainya.

"Kelebihan mu itu banyak, nggak usah minder kalau deket sama aku."

Bianca tidak menjawab, namun malah memalingkan wajahnya dari tatapan lembut dan menyejukkan milik Farhan. Jantungnya kembali berdetak kencang, luar biasa hingga dia harus menekan agar tidak terdengar oleh orang disebelahnya.

"Jadi kamu udah tau semuanya kan? Jangan menghindar lagi Bi, aku mau deket sama kamu."

Semilir angin menerpa sedikit kencang saat kalimat itu selesai terucap. Dan secara bersamaan bel masuk kelas berbunyi dengan nyaring ke penjuru sekolah.

***

Didedikasikan untuk semua perempuan yang selalu tidak percaya diri dengan fisiknya.
Kamu menarik dengan sikap mu.
Kamu mempesona menjadi dirimu sendiri.


-TAMAT-
Next Post Previous Post