Setelah Nonton Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, Berharap Adanya Persidangan Ulang

Ice Cold Jessica Wongso

Ketika kasus sianida heboh di Indonesia tahun 2016 silam, saya baru kelas dua SMA. Pada waktu itu sering banget mengikuti beritanya di TV karena orang rumah juga pada nonton. Tapi apa yang diharapkan sama anak SMA? Tentu saja nggak mengerti jalan persidangan. Dan berpikir ketika kasus selesai dengan ditetapkannya Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka itu adalah sesuatu yang benar.

Tapi... setelah menonton film dokumenter Netflix yang berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso tahun 2023 ini mulai jadi kepikiran dan penasaran banget. Apalagi dari pihak korban yaitu Edi Darmawan Salihin yang seolah cocok jadi tokoh antagonis, tentu saja semakin membuat kepikiran sampai-sampai buka-buka lagi kasus tahun 2016 silam yang dulu saya nggak mengerti.

Ada hal-hal yang memang saya nggak pahami sampai sekarang, tetapi secara logika dan mengesampingkan sikap Edi Darmawan Salihin yang agak-agak gimana gitu, mulailah keragu-raguan dari hasil persidangan tujuh tahun yang lalu itu.

Seperti Kata Orang-Orang, Kurangnya Barang Bukti Untuk Ditetapkannya Jessica sebagai Tersangka

Dari berita yang beredar, saksi ahli forensik dr. Djaja Surya Atmadja menyampaikan bahwa Wayan Mirna Salihin meninggal bukan karena sianida. Terlebih Dokter Slamet Purnomo salah satu ahli dalam persidangan menyebut jenazah nggak di autopsi menyeluruh dan hanya dilakukan pengambilan sampel yang mana hasilnya hanya ditemukan 0,2 miligram per liter sianida di tubuh korban.

Terus soal cctv yang menjadi bahan pertimbangan utama nggak secara jelas memperlihatkan Jessica melakukan aksinya membunuh Mirna dengan racun. Jika pun memang diracun kenapa nggak ada dosis sianida yang tinggi di tubuh korban? Kan ini intinya.

Yang Disayangkan Kenapa Nggak Di Autopsi

Mungkin jika dulu jenazah di autopsi menyeluruh nggak akan terjadi seperti ini. Banyak orang merasa janggal, bahkan menjadi berita internasional sampai-sampai pihak luar membuat film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso. Ketika film dokumenter ini viral pun pihak-pihak tertentu menyebut konspirasi atau menyebut itu hanya film belaka.

Kan wajar orang-orang awam jadi mencurigai ketidak adilan dalam persidangan 7 tahun silam. Apalagi tak ada bukti konkrit bahwa korban meninggal karena sianida.

Dan soal korban meninggal karena sianida ini loh yang menjadi intinya. Yang seharusnya menjadi perhatian utama kepolisian dan hakim dalam pengusutan tuntas. Lalu tanpa autopsi seperti ini bisa apa? Menjadikan Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka pun hanya menyebabkan keabu-abuan saja.

Kalau Bisa Sidang Ulang Harus Banget Sidang Ulang

Kopi Sianida

Setelah adanya film dokumenter Netflix Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, banyak orang yang menginginkan kasus dibuka lagi dengan persidangan ulang, bahkan banyak pula yang mengharapkan agar Jessica dibebaskan karena tak ada bukti valid.

Tapi menurut saya sih, kalau bisa sidang ulang ya harus banget sidang ulang. Kalau bisa ya... Karena saya pun nggak begitu paham soal ini. Berharapnya kalau memang bisa sidang ulang harus dibuktikan (salah maupun benar) dengan bukti-bukti konkrit, jelas sejelas-jelasnya dan sesuai fakta, nggak menimbulkan keabu-abuan dengan hal-hal di luar pokok utama.

Review Sedikit Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso

Bisa dibilang baru kali ini nonton film dokumenter. Apalagi film yang diangkat kebetulan juga kasus menggemparkan se Indonesia pada masanya. Di luar topik kasus, saya senang banget dengan animasi dan transisi penggambarannya. Skenarionya juga berkesinambungan dapat memberikan efek drama meski ini film dokumenter.

Namun satu hal yang saya sayangkan dari Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, yaitu kurangnya wawancara suami Wayan Mirna Salihin dan nggak adanya wawancara dari Hani teman Mirna dan Jessica. Padahal kedua tokoh penting itu bisa ditanyai soal setelah kejadian di Olivier Cafe, Grand Indonesia, Jakarta Pusat sebelum korban dibawa ke rumah sakit.

Harapan Orang Awam Untuk Penegak Hukum Setelah Adanya Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso

Saya sendiri berharap agar penegak hukum mendakwa dengan adanya bukti yang jelas (tidak keabu-abuan), sesuai fakta yang benar entah baik dan buruk (bukan opini tak valid), sejelas-jelasnya tanpa berputar-putar (tidak keluar dari topik inti), sesuai pasal yang berlaku (dengan pondasi sila ke lima pancasila).

Sebab dengan adanya film dokumenter yang dirilis Netflix Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, orang awam seperti saya yang nggak begitu paham soal hukum mulai ada keyakinan no money no justice. Dan kedepannya jangan sampai lebih banyak orang awam atau generasi muda berkeyakinan bahwa no money no justice. Karena bisa saja puncaknya, suatu saat profesi penegak hukum bisa diremehkan dan tak mendapat penghormatan dengan selayaknya.

Penutup

Jessica Wongso

Terlepas dari kontroversi akibat film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, hasil persidangan kasus pembunuhan berencana kopi sianida pada tahun 2016 pun mulai diragukan oleh banyak pihak. Bukan masyarakat umum saja yang nggak tau menahu soal hukum, bahkan mulai banyak pakar-pakar yang berbicara di publik menyampaikan pendapat dengan segala bukti yang ada.

Jadi, kesimpulannya apakah benar Jessica Kumala Wongso adalah si pelaku utama? Atau malah Jessica bukan pelakunya?

Apa benar Wayan Mirna Salihin meninggal akibat diracun sianida? Atau malah Mirna meninggal karena penyakit lain tak ada hubungannya dengan racun?

Pastinya hanya jalan Tuhan yang bisa menyimpulkan dan membuka semuanya hingga ke akar-akar kebenaran.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url